Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami : Perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertakwa. (Al-Furqan:74) akhifaizul Blogging Portal


Sunday, June 12, 2005

Al-Quran penyelesaian konflik Nasrani & Yahudi


InsyaAllah posting kali ini ingin berkonsi sedikit bahan bacaan yang dikupil dari satu buku karangan hebat Buya Hamka. Artikel(Huraian) ini mungkin agak panjang tetapi menarik untuk dibaca, moga bermanfaat untuk kita.
------------

"Sesungguhnya al Quran ini menjelaskan kepada Bani Israil sebahagian besar dari hal hal yang mereka perselisihkan." (An-Naml : 76).

Berselisih Bani Israil, terutama mengenai diri Nabi Isa anak Maryam, alaihis-salam. Bani Israil bertahan mengatakan mereka ummat Nabi Musa, dan tidak mahu menerima seruan Nabi Isa, padahal Nabi Isa menjelaskan bahwa beliau pun diutus untuk menyeru Bani Israil agar berjalan di atas jalan yang benar. Tetapi mereka itu, yang mengakui diri mereka beragama Yahudi tidak mau menerima seruan Nabi Isa. Bahkan mereka menuuduh Nabi Isa itu anak yang lahir di luar nikah, karena Nabi Isa dilahirkan oleh Maryam gadis suci, dengan takdir Allah, yang tidak bersuami. Mereka menuduh Nabi Isa, Rasul Allah, seorang anak zina. Mereka menolak mu'jizat tanda kebesaran Tuhan.

Sebaliknya pula orang Nasrani! Oleh karena Nabi Isa lahir ke dunia tidak dengan perantaraan bapa, melainkan dengan takdir Tuhan yang berkehendak sekehendakNya, mereka ciptakan suatu kepercayaan bahwa Nabi Isa al-masih anak Maryam itu adalah Putera Allah, iaitu Allah sendiri yang datang ke dunia ini, menjelma ke dalam perut seorang gadis suci buat lahir ke dunia sebagai anak Allah. Pendeknya Yahudi memandangnya orang "kotor", sedang Nasrani memandangnya Tuhan!

Nabi Muhammad diutuskan Allah, kepadanya diturunkanlah wahyu al Quran ini. Satu di antara keterangan yang diberikan oleh al Quran ialah menjelaskan soal yang mereka perselisihkan ini. Perkara ini dengan jelas diterangkan di dalam beberaba buah Surah. Antaranya Surah yang diberi nama Maryam, nama gadis suci yang melahirkan Isa itu. Kedua dalam Surah ali Imran, demikian juga dalam Surah 21, Al Anbiya' (Nabi nabi) ayat 91. Di dalam Surah surah itu terlebih dijelaskan kesucian Maryam, kesolehan ibu bapanya dan bahwa Maryam itu dibesarkan dengan suasana yang baik dan dijaga dan diasuh oleh Zakaria". (Surah ali Imran ayat 36). Kemudian baru diterangkan kelahiran Isa Almasih yang tidak berbapa itu.

Dengan demikian tertolaklah kehinaan yang ditimpakan oleh orang Yahudi kepada Al-masih tersebut. Penghinaan itu menurut hukum Islam adalah kafir! Sebab kekafiran yang pertama ialah karena menghina seorang Rasul Allah, kedua karena tidak mahu percaya bahwa Allah Maha Kuasa mampu melakukan sesuatu yang diluar kebiasaanNya.

Kemudian diterangkan lagi mengenai kelahiran Isa Almasih, dia bukanlah Tuhan. Dia bukanlah Putera Allah. Dia bukan Allah yang men¬jelma ke dalam perut gadis suci, lalu setelah genap bulannya dia lahir ke dunia untuk dikatakan bahwa dia adalah anaknya. Diperjelaskan bahwasanya terhitung kafir juga orang yang mengatakan bahwa "Allah itu adalah yang ketiga dari yang bertiga." (al Maidah: 73).Dan kafir juga orang yang mengatakan "Bahawa Allah itu ialah Isa Almasih." (al Maidah: 17).

Ada pula satu golongan, mengatakan Isa Almasih itu semata mata manusia. Segolongan lagi mengatakan bahwa Bapa, Putera dan Ruhul Qudus adalah rupa yang berlainan daripada Tuhan dalam menunjukkan dirinya kepada manusia. Kata mereka Allah itu tersusun dari tiga oknum, yaitu Bapa, Putera dan Ruhul Qudus. Yang dianggap putera itu ialah Isa Almasih (Jesus Christ), lalu menjelmalah Allah itu sebagai manusia ke dalam tubuh Maryam dalam rupa Ruhul Qudus, lalu lahir daripada Maryarn sang putera dalam rupa Almasih.

Segolongan lagi mengatakan yang putera tidaklah kekal sebagai yang Bapa, tetapi dia makhluk Allah juga. Sebab itu dia adalah mempunyai ke¬dudukan di bawah dari.Bapa. Segolongan lagi tidak mahu menerima Ruhul Qudus dianggap sebagai satu di antara tiga oknum itu.

Maka di dalam Rapat Besar Agama (Consili) di Nicea pada tahun 325 M diambillah keputusan bahwa Sang Anak dan Ruhul Qudus sama kedudukan¬nya dengan Sang Bapa dalam kesatuan ketuhanan. Inilah yang dikenal dengan sebutan "Trinity". Keputusan ini dikuatkan pula oleh Consili di Konstantinopel tahun 381M. Dijelaskan lagi bahwa Sang Putera telah lahir dari Sang Bapa sejak semula dan Ruhul Qudus timbul dari Sang Bapa.

Di Consili Thalithalah tahun 589 diputuskan tambahannya, yaitu bahwa Ruhul Qudus timbul dari Sang Putera juga. Soal soal seperti inilah yang menjadi perselisihan yang tidak pernah selesai di antara Gereja Timur dengan Gereja Barat, sampai kepada masa datangnya Agama Islam.

Maka datanglah al Quran memberikan pernyataan, bahwa Isa Almasih anak Maryam, bukantah anak zina, sebagai yang didakwakan secara tidak bermoral oleh orang Yahudi Yang hendak menolak beliau sebagai Nabi dan Rasul. Allah Maha Kuasa untuk melahirkan seorang manusia ke dunia ini di luar dari jalan yang biasa. Kelahiran Isa Almasih sama juga dengan belahnya lautan sehingga Bani Israil dapat menyeberang dengan pimpinan Nabi Allah Musa. Bila mana Allah menghendaki agar sesuatu terjadi, dia akan terjadi. Tetapi dengan kelahiran Isa Almasih secara ajaib itu, bukan pula bererti bahwa dia akan dianggap sebagai Tuhan, atau sebagai Allah yang menjelma ke dunia sebagai puteranya. Dengan demikian dibantahlah sekeras kerasnya kepercayaan yang diputuskan oleh orang Nasrani, yang memutuskan bahwa Isa Almasih dan Allah dan Ruhul Qudus itu adalah satu jua adanya.

Maka dengan sangat jelaslah diterangkan di dalam al Quran itu tentang kepercayaan. yakni bahawa Allah itu Esa. Tidak ada yang lain yang bersekutu dengan Dia. Tidak dia beranak, tidak pula dia diperanakkan dan tidak ada pula barang sesuatu pun yang menyamai Dia.

”Dan sesungguhnya dia adalah petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (An-Naml:77)

Kemudian dijelaskan pula: "Dan sesungguhnya dia." Iaitu al-Quran itu, selain memberikan keterangan kepada Bani Israil tentang hal yang mereka perselisihkan tentang akidah Yang kacau balau itu; "Adalah petunjuk dan rahmat bagri orang orang yang beriman." Maka bukan sajalah al Quran memberikan penjelasan tentang akidah Yang salah, supaya dijauhi, karena tidak sesuai dengan akal yang sihat dan berfikir yang teratur, bahkan lebih penting lagi daripada itu, yaitu membawa petunjuk, menunjukkan jalan mana yang seharusnya ditempuh, supaya bertemu apa Yang diredhai oleh Allah, supaya selamat diri dunia dan akhirat. Asal saja orang mahu beriman, akan terbukalah baginya jalan petunjuk itu karena al-Quran bukan saja menceriterakan hal yang telah lampau, bahkan menceritakan dan menguraikan juga apa yang mesti dikerjakan sekarang. Bukan saja yang sekarang, bahkan bagaimana pula akibat yang akan dihadapi di belakang hari. Dijanjikan dalam ayat ini bahwa barangsiapa yang mengambil petunjuk dari al Quran, pastilah dia akan mendapat rahmat. Yakni belas kasihan Tuhan, kerana bebas daripada perasaan takut dan dukacita, perasaan bergantung hanya kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.

"Sesungguhnya Tuhan engkau akan memutuskan di antara mereka dengan hukumNya." (pangkal An-Naml : 78)
Banyak pula lagi perselisihan lain yang mereka timbulkan tentang Nabi nabi Allah. Tentang Nabi Isa saja, mereka berselisih, ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa itu mati di atas kayu palang, lalu segera dikuburkan oleh murid muridnya. Tetapi setelah tiga hari dalam kuburan, dia pun berangkat terbang ke langit, dengan disaksikan oleh murid muridnya. Yang lain mengatakan pula bahwa Yang mati di atas kayu palang itu bukan dia, melainkan murid yang mengkhianatinya itu, Yudas Askarioti namanya, karena wajahnya hampir serupa dengan Isa Almasih, ada lagi yang berkata, bukan diganti dengan Yudas melainkan dengan Simon. Maka datanglah khabar pasti dari al Quran:


“Dan juga (disebabkan) dakwaan mereka dengan mengatakan: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih Isa Ibni Maryam, Rasul Allah". Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak memalangnya (di kayu palang - salib), tetapi diserupakan bagi mereka (orang yang mereka bunuh itu seperti Nabi Isa). Dan Sesungguhnya orang-orang yang telah berselisih faham, mengenai Nabi Isa, sebenarnya mereka berada dalam keadaan syak (ragu-ragu) tentang menentukan (pembunuhannya). Tiada sesuatu pengetahuan pun bagi mereka mengenainya selain daripada mengikut sangkaan semata-mata; dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin.” (An-Nisa’ : 157)

Orang Yahudi pun banyak sekali menambah dan mengubah Taurat yang asli, terutama yang mengenai kehidupan Nabi nabi.

Nabi Ibrahim yang begitu besar, bertaraf ulul-azmi, nenek moyang dari Bani Israil dan Bani Israil digambarkan di dalam Taurat memperkenalkan isterinya Sarah kepada Abimalik Raja Palestina dan Fir'aun Raja Mesir, bahwa isterinya itu adalah saudara perempuannya, agar kedua raja itu menerima kedatangannya dengan sambutan yang baik.

Israil sendiri, yaitu nama yang asal dari Ya'kub diterangkan dalam Taurat, bersekongkol dengan ibunya mengambil berkat yang dipusakakan datuknya Ibrahim kepada ayahnya Ishak, Yang sedianya akan diberikan kepada abang¬nya Isu. Diceritakan dalam catatan yang mereka katakan Taurat itu bahwa si ayah, yaitu Ishak, mudah saja tertipu oleh anaknya Ya'kub yang tidak berhak menerima berkat itu.

Yang lebih seram kita membacanya pula ialah kisah Nabi Luth. Di dalam Taurat yang sampai sekarang dijadikan kitab "suci" pegangan itu masih dapat kita baca, bahawa setelah Nabi Luth dengan kedua anak gadisnya selamat karena negerinya Sodom (Sadum) dihancurkan Tuhan, ber¬istirahat di suatu tempat. Lalu kedua anak perempuan itu meminumkan anggur berganti ganti kepada ayahnya. Malam pertarna anak yang tertua, malam kedua anak yang bungsu dan pada kedua kali minumnya itu Nabi Luth mabuk. Sedang mabuk itulah kedua anak perawan itu menyerahkan dirinya disetubuhi oleh ayah kandungnya Nabi Luth, dan keduanya hamil dan keduanya menurunkan bangsa bangsa.

Nabi Daud dikatakan dalam kitab itu terpesona melihat isteri salah seorang Panglima Perangnya yang bernama Uria mandi tanpa seurat benang di dalam sungai yang mengalir dalam taman istana, sedang Nabi Daud melihat lihat mandian di istana yang menghadap ke taman. Tubuh perempuan itu sangat cantik dan beliau tergiur. Lalu beliau menyuruh mencari maklumat tentang wanita yang dilihatnya itu, setelah mendapat tahu bahawa suaminya merupakan seorang panglima perang,suaminya dihantar ke medan perang yang jauh sampai tewas di medan perang, dan si isteri cantik itu langsung diambil menjadi isteri oleh Nabi Daud.

Nabi Sulaiman pun diceritakan di dalam kitab yang dinamai Taurat itu, bahwa di hari tuanya beliau menyembah berhala, kerana tertarik atau menarik hati isterinya.

Itulah perkara-perkara yang dapat ditemui di dalam kitab-kitab yang dinamakan sebagai “Old Testament” yang sampai sekarang masih beredar dan banyak pula terdapat perselisihan catatan tentang diri Nabi Isa di dalam kumpulan kitab kitab yang dikumpulkan oleh orang Nasrani dengan nama ,"New Testament" Kedatangan al Quran, sebagaimana yang telah diterangkan di atas tadi, menjelaskan duduk perkara, dan juga membersihkan pandangan orang terhadap kepada Nabi nabi dan Rasul Tuhan, yang sampai dituduh berzina dengan anak kandungnya atau sampai tergila gila kepada bini orang.

Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah kelak akan memutuskan di antara mereka dengan hukumnya. Ada setengah ahli tafsir mengatakan bahwa hukuman Tuhan itu akan datang atas mereka kelak di hari kiamat. Tetapi dari sekarang hukum itu pun telah datang. Agama yang didasarkan kepada cerita-cerita bohong tentang Nabi nabi Allah itu akan jatuh martabatnya dalam hati orang yang berakal, atau akan membimbing orang kepada kecabulan belaka. Sehingga orang yang hendak mempertahankannya terpaksa tidak membuka¬kan hakikat yang sebenarnya kepada pengikutnya yang awam. " Dan Dia (Allah) adalah Maha Perkasa,Maha Mengetahui."(Hujung An-Naml : 78). Allah Maha Perkasa, sehingga apabila Dia menjatuhkan pembalasanNya kepada Yang bersalah, sangatlah seram hukumNya dan Dia Maha Mengetahui akan segala perbuatan hambaNya dan perkataan mereka yang keluar.

Melihat kepada ayat ayat ini jelaslah bahwa ajaran Islam haruslah ditegakkan di atas kekuatan da'wah dan seruan yang dapat membangkitkan akal yang murni dan perasaan yang halus. Dan dasar ajaran Islam adalah mengakui akan kesucian dan kemuliaan martabat Nabi nabi. Ajaran ajaran Yang tidak sesuai dengan akal, Yang terdapat pada agama Nasrani misalnya, dengan pendakwaan mereka bahwa Nabi Isa Almasih itu adalah Tuhan juga, atau anak dan Tuhan, atau Allah sendiri Yang menjelma menjadi anaknya, tidak lain adalah pusaka ajaran agama dan kepercayaan zaman purbakala yang dibawa orang pindah ke dalam Agama itu, sehingga hilang ajarannya yang asli.

"Maka bertawakkallah kepada Allah!” (pangkal An-Naml : 79).
Inilah bimbingan Allah kepada RasulNya, Muhammad SAW Yakni bahwasanya di dalam melakukan da'wah yang besar dan agung ini, menghadapi demikian hebat rintangan, yaitu kepercayaan salah yang telah berurat berakar, baik dalam per¬selisihan Bani Israil, ataupun dalam kekacauan fikiran kaum musyrikin sendiri, untuk pembangkit kekuatan tidak lain hanyalah tawakkal kepada Allah, berserah diri kepadaNya, bersandar bulat kepadanya. Sebab kekuatan manusia sudah nyata terbatas. Allahlah yang akan membangkitkan kekuatan dan tenaga pada manusia dalam melanjutkan usahanya.
"Sesungguhnya engkau adalah di atas kebenaran yang nyata." (Hujung An-Naml : 79).

Orang yang telah yakin bahwa apa yang dia perjuangkan itu adalah benar, dan nyata kebenaran itu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan menurut akal yang sihat, di mana saja dan apabila saja, orang yang sudah sampai kepada keyakinan demikian pasti tawakkal kepada Allah. Pasti dia tenang menunggu hasil apa yang diperjuangkannya itu. Dia tidak terburu nafsu, dia tidak hendak memaksa sesuatu masak sebelum waktunya. Dia tidak hendak menanam pada hari, berbuah pun pada hari itu juga. Halangan dan rintangan daripada yang tidak menyukai sudahlah menjadi perhitungan Yang pasti daripada pejuang sejati. Bertambah besar masalah yang diperjuangkan, pastilah besar pula kesulitan yang ditempuh.

Tetapi tidaklah pernah kebenaran yang kalah ber¬hadapan dengan kedustaan. Kekerasan kadang kadang dapat tersumbul keluar seakan akan menang. Tetapi dalam peredaran zaman kemudian akan ternyata bahwa kecurangan, atau yang salah dipaksakan mengatakan benar itu akan laksana buih ditiup angin. Itulah sebabnya maka setiap perjuangan wajib bertawakkal kepada Allah. Ertinya jangan disangka bahwa urusan ini akan selesai di tangan kita. Walaupun kita misalnya mati, tewas, jadi kurban dari kebenaran yang kita perjuangkan, bukanlah berarti bahwa kebenaran itu kalah. Dia akan tetap ditegakkan juga oleh Allah, walaupun sepeninggal kita. Diri kita masing masing tidak ada artinya di hadapan kebenaran itu.

“Sesungguhnya engkau tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati (hatinya) itu menerima ajaranmu, dan tidak dapat menjadikan orang-orang yang pekak itu mendengar seruanmu, apabila mereka berundur ke belakang (disebabkan keingkarannya). Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta supaya menjauhi kesesatan mereka; engkau tidak dapat memperdengarkan (seruanmu itu) melainkan kepada orang-orang yang sanggup beriman akan ayat-ayat keterangan Kami, kerana mereka orang-orang yang berserah diri dengan ikhlas.” (An-Naml : 80-81)

Orang yang telah mati hatinya, inilah yang dimaksud oleh ayat ini. Orang yang telah mati hatinya tidaklah akan dapat diberi pen¬dengaran. Apa jua pun yang akan diserukan, tidaklah akan ada sambutan darinya.

Kalau yang pertama tadi hatinya mati, yang kedua ini hatinya berpaling kepada yang lain. Fikirannya tidak menerima kepada yang engkau serukan. Walaupun seruan itu telah disampaikan dengan cara melekapkan mulutmu ke daun telinganya, tidaklah akan didengarnya; Yang pertama mati hati, Yang kedua berpaling hati. Keduanya sama sama tidak mendengar.

"Dan tidaklah engkau pemberi petunjuk orang buta dari kesesatan mereka. " (pangkal ayat 81). Karena ini pun bukan mata, melainkan buta hati juga. "Kecuali orang orang yang beriman kepada ayat ayat Kami." Orang orang yang seperti inilah yang akan kembali hidup hatinya, nyaring pendengaran telinganya dan terang mata hatinya; "Lalu mereka pun berserah diri" (Hujung ayat 81). Berserah diri ialah erti sejati dari kalimat Muslimun. Mula mula timbul¬lah Iman, mereka pun menjadi Mu'min. Apabila Iman telah tertanam, dengan sendirinya timbullah penyerahan diri yang tulus ikhlas kepada Tuhan, itulah Islam. Bila Iman dan Islam telah tercapai, waktu itulah mulai hidup yang sejati, telinga mendengar nyaring, mata melihat dengan terang.

Wallahu ‘alam ….

Sumber : Tafseer Al-Azhar, Jilid 7, Prof Dr. Hamka.
--------------------------------------------------------------
“Sesiapa yang datang membawa amal kebajikan (yang telah dikerjakannya) maka ia akan beroleh balasan yang lebih baik daripadanya, dan mereka akan beroleh aman sentosa daripada kejadian-kejadian yang mengerikan pada hari kiamat itu.” (An-Naml:89)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home