Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami : Perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertakwa. (Al-Furqan:74) akhifaizul Blogging Portal


Saturday, October 09, 2004

Mengendali Emosi



Alhamdulillah … pagi nie dapat rasanya berkongsi sesuatu setelah lama tidak menghantar posting. Keadaan server di upis yang 2 hari minggu nie down membuat kesempatan untuk menghantar posting kekurangan. Di samping agenda-agenda lain membuat diri ini tidak sempat untuk mencoret sesuatu di alam siber. Sekadar berkongsi hasil tulisan Dr. ‘Aidh al-Qarni.

Emosi dan perasaan akan bergolak disebabkan oleh 2 perkara; kegembiraan yang dikecapi dan musibah yang berat.
Firman Allah Taala ,

“(Kami jelaskan yang demikian) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya jangan kamu terlalu gembira dengan apa yang diberkanNya kepadamu” (Al Hadid: 23)

Sesiapa yang mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa baik yang yang memilukan atau yang menggembirakan, maka dialah orang yang memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Oleh yang demikian ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan disebabkan keupayaan mengalahkan nafsu. Allah s.w.t. menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri. Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir. Bagi orang-orang yang khusyu' dalam solatnya perkara-perkara sebegini mungkin tidak berlaku.. Itu adalah kerana merekalah orang orang yang mampu berdiri seimbang di antara gelombang kesedihan yang hebat dengan dan luapan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan da bersabar tatkala berada dalam kesusahan.

Emosi yang gagal dikawal hanya akan melelahkan, menyakitkan dan eresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah misalnya, maka kemarahan akan meluap dan agak payah untuk dikawal. Dan itu akan membuat seluruh tubuh gementar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya akan terasa sakit nafasnya tersekat-sekat, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat siapakah dirinya

Begitulah manusia ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung mengherdik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tidak kelihatan langsung. Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus dipuka dan disanjung setinggi tingginya seolah-olah tak ada cacatnya. "Cintailah orang yang engkau cintai sewajanya, kerana siapa tahu satu hari kelak ia akan menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu itu sewajamya, karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu "

Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakikat.

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul Rasul dengan membawa bukti bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
(Al Hadid : 25)


Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diredhai, dan agama yang suci.

“Dan demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan. (Al Baqarah: 143)

Keadilan merupakan tuntutan keidealan sebagaimana ia diperlukankan dalam penerapan hukum. Ini adalah kerana pada dasarnya Islam dibangun di atas paksi kebenaran dan keadilan. Yakni benar dalam memberitakan berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan perkataan, melakukan tinakan dan berbudi pekerti. Dan,

“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (al-An’am : 115)

Sumber : La Tahzan, Dr ‘Aidh al-Qarni (2004)

HOME

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home