Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami : Perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertakwa. (Al-Furqan:74) akhifaizul Blogging Portal


Sunday, July 04, 2004

Musibah dan Hakikatnya

In The Name of Allah The Most Gracious Most Merciful

Alhamdulillah ....Hari ini dapat menyalin kembali hasil pembacaan untuk diposkan ke dalam entry blog.This entry is a bit long and the this entry also is available at my index article page. insyaAllah mulai dari hari ini, jika ada kesempatan artikel-artikel akan diindexkan di index article page .... insyaAllah

Firman Allah :
(Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayatNya. (Al-Baqarah: 156-157)
Khalifah Umar bin Khattab ra berkata: Sebaik-baik ucapan kemuliaan bagi orang yang ditimpa musibah adalah ucapan kedua Ayat di atas, sebagaimana yang di jelaskan pula di dalam hadith Rasulullah SAW yang maksudnya:

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa diri seseorang kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, nescaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. (HR Bukhari)

Di dalam hadith. yang lain Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud maksud:

"Apa pun yang menimpa diri seorang mukmin dari kepayahan, kesakitan, kesusahan dan apa pun keresahan yang dirasakannya, melainkan Allah akan menghapuskan sebahagian dari keburukan-keburukannya." (HR Muslim)

Sabdanya, lagi yang bemaksud:

"Tiada musibah apa pun yang menimpa diri seorang muslim melainkan Allah menghapuskan keburukannya (dosanya) walaupun duri yang mengenai dirinya."(HR Bukhari & Muslim)

Imam Ahmad dari Yunus, dari Ibnu Saad, dari Yazid bin Abdullah, dari Affik bin Abu Amir, dari Muttalib, dari Ummu Salamah berkata: "Pada suatu ketika Abu Salamah mendatangiku setelah ia kembali dari menemui Rasulullah, ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda yang sungguh membuat saya merasa gembira, sebagaimana, sabdanya: 'Tidak ada musibah apa pun yang menimpa diri seorang muslim lalu ia membaca Istirja' (Inna Lillahhi wa Inailaihirajiun) pada saat musibah itu menimpanya, berdoa:

Ertinya:
"Ya Allah berilah kami pahala dari musibah ini, dan berilah kami ganti yang lebih baik dari musibah ini, melainkan Allah akan mengabulkan doanya."

Ummu Salamah seterusnya berkata: Pada saat Abu Salamah meninggal dunia saya menghafal doa itu dan saya, membaca, Istirja' serta berdoa: "Ya Allah berilah kami pahala dari musibah yang menimpa, pada diri kami ini, dan berilah kami ganti yang lebih baik dan Abu Salamah"

Pada saat saya telah mulai sedar dari kesedihan yang saya alami, saya bertanya kepada diri saya sendiri: "Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah?"
Akhimya pertanyaan saya itu terjawab setelah masa iddah saya, habis. Rasulullah SAW datang bertamu ke rumah saya, lalu merninta izin untuk masuk. Saya pun mengizinkannya masuk, lalu saya memberikan sebuah bantal kepadanya untuk sandaran. Baginda duduk lalu baginda meminang diri saya untuk dirinya sendiri.

Pada saat itu saya berkata: "Siapakah yang tidak menginginkan hal itu.Walaupun demikian, saya harap baginda maklum, saya adalah orang yang sangat cemburu, dan saya merasa takut jika Allah akan menyeksa diri saya disebabkan perasaan cernburu saya itu dan saya pun wanita yang sudah agak tua dan mempunyai keluarga."

Baginda menjawab: "Adapun tentang kecemburuanmu itu, maka Allah akan menghalangkannya, tentang umurmu yang sudah agak tua, maka keadaanku pun demikian juga.Adapun tentang keluargamu, maka keluargamu adalah keluargaku.

"Ummu Salamah berkata: "Saya pun menyerah kepada kehendak baginda."

Maka Rasulullah SAW mengahwini Ummi Salamah. Setelah itu Ummu Salamah berkata: "Benarlah apa yang dijanjikan oleh Allah SWT itu. Dia, telah memberikan ganti untukku dengan yang lebih baik dari Abu Salamah."Lihatlah berapa mustajabnya doa seorang yang sabar dalam menempuh musibah.

Hidup di dunia ini memang tidak sunyi dari senang dan susah, dari suka dan duka yang datang silih berganti. Barangsiapa yang menyangka bahawa hidup ini hanya kesenangan, kegembiraan serta kemewahan semata-mata atau menyangka sebalikya bahawa hidup ini hanya kesusahan, kesedihan, kesempitan selama-lamanya, maka sudah pasti sangkaannya itu adalah sangkaan yang salah. Di antara kesenangan dan kesusahan itulah merupakan seni kehidupan dan ianya juga telah merupakan sunnatullah pada alam semesta ini. Sesungguhnya hidup ini penuh dengan ujian dan cubaan. Segala. sesuatunya apabila tidak diuji atau dicuba, maka tidak akan kelihatan keasliannya sehingga orang tidak dapat mengetahui mana yang emas dan mana yang tembaga.

Demikian juga terhadap manusia khususnya terhadap orang yang telah mengaku bahawa dirinya beriman sudah tentu harus melalui ujian dan cubaan pula. Sebagaimana firman Allah SWT

Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: Kami beriman, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman dan nyata pula apa yang diketahuiNya tentang orang-orang yang berdusta. (al-Ankabuut : 2-3)
Dalam ayat di bawah ini dijelaskan pula tentang hubungan antara manusia dengan kehidupan adalah hubungan antara ujian dan cubaan Sebagaimana firman Allah SWT:
Sesungguhnya Kami telah jadikan apa yang ada di muka bumi sebagai perhiasan baginya, kerana kami hendak menguji mereka, siapakah di antaranya yang lebih baik amalnya. Dan sesungguhnya Kami akan jadikan apa yang ada di bumi itu (punah-ranah) sebagai tanah yang tandus. (al-Kahfi 7-8)
Ujian dan cubaan itu tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan dan kesakitan sahaja, akan tetapi dapat juga berupa kesenangan, kemewahan dan sebagainya, sebagaimana firman Allah SWT
.......Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan.(al-Anbiya':35)
Ujian yang datang dari Allah berupa nikimat harta kekayaan dan berbagai macam kesenangan pada hakikatnya adalah lebih berat daripada ujian dengan bencana, seksaan dan lain-lain. Alangkah ramainya orang-orang memperoleh kekayaan akan tetapi dengan kekayaannya itu menyebabkan celaka bagi dirinya, kerana ia tidak dapat menggunakan hartanya itu dengan sebaik-baiknya. Kekayaan seperti itu justeru menjadi ujian bagi dirinya.Dernikian pula dapat kita lihat orang yang diuji dan dicuba dengan kekuasaan, kemegahan, pangkat dan lain-lain. Hal yang demikian dan ini di peringatkan oleh Allah SWT dalarn firmanNya yang maksudnya:
Ingatlah! Sesungguhnya jenis manusia tetap melampaui batas (yang sepatutnya atau yang sewajibnya), Dengan sebab dia melihat dirinya sudah cukup apa yang dihajatinya. (Ingatlah) sesungguhnya kepada Tuhanmulah tempat kembali (untuk menerima balasan). (al-Alaq : 6-8)
Rasulullah SAW bersabda yang bemaksud:"Demi Allah, bukanlah kekafiran atau kerana kemiskinan yang aku bimbangkan ke atas kamu, akan tetapi aku bimbang kalau-kalau kemewahan dunia yang kamu dapatkan sebagaimana yang telah diberikan kepada orang-orang sebelum kamu, lalu kamu bergelumang dalam kemewahan itu sehingga kamu binasa sebagaimana mereka dahulu bergelumang dan binasa." (HR Bukhari)

Ujian dan cubaan itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat pula. Ada ujian yang menimpa badan, harta, anak pengaruh, kekuasaan, jawatan, aqidah dan lain-lain. Demikian juga perintah dan larangan dalam agama termasuk ujian dan cubaan.Di atas telah diterangkan, bahawa ujian yang berat adalah nikmat kesenangan, sedangkan yang ringan adalah ujian yang menimpa pada badan, seperti terkena penyakit atau kemalangan. Ujian pada badan ini dimaksudkan untuk menguji kesabaran, kerelaan seseorang dalarn menerima qadha dan qadar Allah SWT, kalau ternyata ia sabar ditetapkan pahala untuknya atau dihapuskan sebahagian dan dosanya atau diangkat darjatnya, hingga ujian itu menjadi suatu nikmat baginya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang maksudnya: "Tidak ada seorang Muslim pun yang ditimpa gangguan seperti ditusuk oleh duri atau yang lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu dihapuskan oleh Allah SWT perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya."(HR. Muttafaq alaih)

Tidak ada musibah yang menimpa seperti, keletihan,kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekadar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan oleh Allah sebahagian dan dosa seseorang itu.Ujian untuk umat Nabi Muharnmad SAW adalah berupa harta benda dan kekayaan, sebagaimana yang dijelaskan oleh baginda di dalarn sebuah hadith yang maksudnya:

"Sesungguhnya bagi setiap umat ada ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan."(HR Tarmidzi)

Dalarn sebuah hadis Qudsi dijelaskan pula, yang maksudnya:"Wahai anak Adam! padamu telah ada kecupan, namun kamu masih saja mencari-cari apa yang nantinya akan menjadikan kamu melampaui batas wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak puas dengan yang sedikit dan tidak kenyang dengan yang banyak.(HR Baihaqi)

Sedangkan ujian berupa cinta, akan menyebabkan seseorang melampiaskan hawa nafsu sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah SWT dalarn firmanNya:
Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: Kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga). (ali-Imran:14)
Ujian yang paling berat bagi kaum lelaki ialah apabila ia diuji dengan wanita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang maksudnya: "Sepeninggalanku nanti tiadalah ujian yang lebih berbahaya bagi kaun lelaki kecuali godaan kaum wanita."(HR Bukhari)
Adapun ujian yang menyebabkan manusia mudah tergelincir adalah ujian yang berkenaan dengan aqidah dan agama. Ramai orang yang mengaku Islam, beriman, setelah diuji iman dan agamanya oleh Allah SWT dengan berbagai macam cubaan, ternyata lemah dan terjenunus ke dalarn lembah syahwat keinginannya sehingga. menjadi, sesat. Sebagaimana firman Allah SWT yang maksudnya:
Dan ada sebahagian dari manusia yang berkata: Kami beriman kepada Allah; kemudian apabila dia diganggu dan disakiti pada jalan Allah, dia jadikan gangguan manusia itu seperti azab seksa Allah (lalu dia taatkan manusia) dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu memberi kemenangan kepadamu, mereka sudah tentu akan berkata: Kami adalah sentiasa bersama-sama kamu. (Mengapa mereka berdusta?) Bukankah Allah lebih mengetahui akan apa yang terpendam dalam hati sekalian makhluk? Dan sesungguhnya Allah mengetahui akan orang-orang yang beriman dan sesungguhnya Dia mengetahui akan orang-orang yang munafik.(al-Ankabut :10-11)
Rasulullah SAW bersabda, yang maksudnya: "Orang yang sangat banyak mendapat ujian itu adalah para Nabi, kemudian baru orang yang lebih dekat darjatnya kepada mereka. Orang diuji menurut tingkat ketaatannya kepada agamanya. Jika sangat kuat dalam beragama maka sangat kuat pula ujian yang menimpanya, bila lemah dalam agamanya, maka diuji pula olehAllah sesuai dengan tingkatan ketaatannya kepada agamanya. Demikianlah ujian itu sentiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak berdosa."(HR Tarmizi)

Dari keterangan yang telah dihuraikan di atas dapatlah disimpulkan di sini, bahawa tujuan dari musibah atau cubaan yang diturunkan Allah kepada hambaNya itu ialah:

1.Untuk membersihkan dan memilih mana orang mukmin yang sejati.
2.Untuk mengangkat darjat serta menghapuskan dosa.
3.Untuk melihat sejauh mana kesabaran dan ketaatan seorang hamba.
4.Untuk membentuk dan mendidik keperibadian manusia, sehingga menjadi umat berbudi tinggi.
5.Sebagai latihan, supaya manusia terbiasa menerima berbagai ujian, dengan demikian akan bertambah kesabaran, kuat cita-cita dan tetap pendiriannya.

Sesungguhnya Allah tidak berkehendak kepada hambaNya tetapi kitalah hambaNya yang berkehendak kepada Yang Maha Agung.

Sumber : Rahmat diSebalik Dugaan, Terbitan DarulNuman

_____________________________________________________

A few Verse from Al-Quran reminding us about Museebat and make us stronger to face the burden arise...insyaAllah

No misfortune can happen on earth or in your souls but is recorded in a decree before We bring it into existence: That is truly easy for Allah.[al-Hadiid : 22]


What! When a single disaster smites you, although ye smote (your enemies) with one twice as great, do ye say?- "Whence is this?" Say (to them): "It is from yourselves: For Allah hath power over all things." [ali-Imran : 165]


Whatever misfortune happens to you, is because on the things your hands have wrought, and for many (of them) He grants forgiveness.[as-Syuura : 30]


There are certainly among you men who would tarry behind: If a misfortune befalls you, they say: "(Allah) did favour us in that we were not present among them."[an-nisa' : 72]


If good befalls thee, it grieves them; but if a misfortune befalls thee, they say, "We took indeed our precautions beforehand," and they turn away rejoicing.[at-Taubah : 50]


"How then, when they are seized by misfortune, because of the deeds which their hands have sent forth? Then they come to thee, swearing by Allah: "We meant no more than good will and conciliation!"[an-nisa' : 62]


No kind of calamity can occur, except by the leave of Allah. and if any one believes in Allah, ((Allah)) guides his heart (aright): for Allah knows all things.[at-Taghabun : 11]


"If (We had) not (sent thee to the Quraish), in case a calamity should seize them for (the deeds) that their hands have sent forth, they might say: "Our Lord! why didst Thou not send us a Messenger? We should then have followed Thy Signs and been amongst those who believe!" [al-Qasas : 47]


Who say, when afflicted with calamity: "To Allah We belong, and to Him is our return":- [al-Baqarah :156]


HOME

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home